Minggu, 29 September 2013

Dinda Dan Vitri



Hari ini Dinda berencana untuk membeli CD (celana dalam) ke pasar yang jaraknya lumayan jauh. Memang Dinda sering merasakan hal-hal yang mengganggu bulu kakinya ketika membeli CD, tatapan penjualnya yang kebetulan itu seorang laki-laki terkadang mengganggu pikirannya. Namun Dinda harus membuang jauh-jauh perasaan itu karna berhubung CD yang lama sudah tak layak pakai, ok sebelum penulis lanjut. Penulis jelasin ini bukan soal cerita mesum ya.

Sesampainya Dinda di pasar itu, langsung saja mencari penjualnya. Dan Dinda berharap kali ini menemui penjual seorang wanita, dan sepertinya doanya terkabul karna dia menemukan penjual seorang wanita. Tapi, terkadang Dinda heran kenapa ketika membeli CD itu produk ngga pernah di tata di tempat yang mudah di lihat melainkan ada pada sudut yang susah di lihat. Apakah ini karna barang yang sensitif, namun Dinda bertanya-tanya kenapa CD laki-laki di tampilkan biasa seperti barang-barang lain pada umumnya.

Namun Dinda tak mau di pusingkan tentang hal-hal semacam itu, ketika penjual memberikan barang yang di pilih dan Dinda hendak membayar. Ada seorang dari belakang menepuk pundaknya, Dinda menoleh sambil rambutnya terurai macam iklan shampoo. Haha

”Beli apa Din ?” kata seorang temen yang namanya penulis rahasiakan. Haha
Ok namanya Vitri temen se kampusnya Dinda. “Oh ini lagi beli CD” ucap Dinda. “Eh Din, jangan pake di omongin juga kata *tittt*” yang di sensor maksudnya itu CD. J)))
Dinda heran kenapa Vitri ngomong begitu, “Kenapa Vit, inikan bukan barang ilegal atau sejenis narkoba”. “Udah entar aku jelasin, kita makan bakso dulu” sembari Vitri menarik tangan Dinda.

Sesampainya di tempat bakso, Vitri menjelaskan kalau dia kemaren itu ulang tahun dan ada temen cowoknya yang ngadoin itu CD. Di sela-sela itu datang Ibu-ibu nagih uang pembayaran CD, eh ternyata Dinda belum bayar. Hahaha
Saat itu Vitri itu bertanya pada Dinda, wajar ngga kalau ada temen yang ngadoin itu barang yang boleh di katakan sensitif begitu.

”Iya, emang cowok suka iseng ngasih kado yang aneh-aneh. aku pernah di kadoin beha, tapi kesempitan” sembari Dinda tersenyum dan tertawa. Entah apa yang di pikirkan dua mahasiswi ini membicarakan soal Beha dan CD di warung bakso yang lagi penuh itu. penulis juga ngga kebayang kejadiannya gimana

“Lalu kita nanggepinnya gimana, apa kita harus marah ?” tanya Vitri lagi sembari menguncang-guncang botol saus ke mangkuk baksonya. “Gini ya Vit, kita kan udah sama-sama dewasa. Barang semacam itu ngga usah di buat tabu, lagian cowok jarang juga berani begitu. Mereka juga tahu lagi memposisikan sesuatu yang wajar”. Kata Dinda

Nah baru kali ini Dinda ngomongnya bener, setelah percakapan dua mahasiswi itu berakhir mereka pun kembali ke tempatnya masing-masing.

Tamat.

Cat : Ok, penulis juga seorang laki-laki. Pernah juga iseng ngadoin Beha, tapi ngga pernah ngadoin CD ya. Karna penulis ngerasa itu terlampau extrem. J)))



Tidak ada komentar:

Posting Komentar