Hari ini
Dinda berencana untuk membeli CD (celana dalam) ke pasar yang jaraknya lumayan
jauh. Memang Dinda sering merasakan hal-hal yang mengganggu bulu kakinya ketika
membeli CD, tatapan penjualnya yang kebetulan itu seorang laki-laki terkadang mengganggu
pikirannya. Namun Dinda harus membuang jauh-jauh perasaan itu karna berhubung
CD yang lama sudah tak layak pakai, ok sebelum penulis lanjut. Penulis jelasin
ini bukan soal cerita mesum ya.
Sesampainya
Dinda di pasar itu, langsung saja mencari penjualnya. Dan Dinda berharap kali
ini menemui penjual seorang wanita, dan sepertinya doanya terkabul karna dia
menemukan penjual seorang wanita. Tapi, terkadang Dinda heran kenapa ketika
membeli CD itu produk ngga pernah di tata di tempat yang mudah di lihat
melainkan ada pada sudut yang susah di lihat. Apakah ini karna barang yang
sensitif, namun Dinda bertanya-tanya kenapa CD laki-laki di tampilkan biasa
seperti barang-barang lain pada umumnya.
Namun Dinda
tak mau di pusingkan tentang hal-hal semacam itu, ketika penjual memberikan
barang yang di pilih dan Dinda hendak membayar. Ada seorang dari belakang
menepuk pundaknya, Dinda menoleh sambil rambutnya terurai macam iklan shampoo.
Haha
”Beli apa
Din ?” kata seorang temen yang namanya penulis rahasiakan. Haha
Ok namanya
Vitri temen se kampusnya Dinda. “Oh ini lagi beli CD” ucap Dinda. “Eh Din,
jangan pake di omongin juga kata *tittt*” yang di sensor maksudnya itu CD. J)))
Dinda heran
kenapa Vitri ngomong begitu, “Kenapa Vit, inikan bukan barang ilegal atau
sejenis narkoba”. “Udah entar aku jelasin, kita makan bakso dulu” sembari Vitri
menarik tangan Dinda.
Sesampainya
di tempat bakso, Vitri menjelaskan kalau dia kemaren itu ulang tahun dan ada
temen cowoknya yang ngadoin itu CD. Di sela-sela itu datang Ibu-ibu nagih uang
pembayaran CD, eh ternyata Dinda belum bayar. Hahaha
Saat itu
Vitri itu bertanya pada Dinda, wajar ngga kalau ada temen yang ngadoin itu
barang yang boleh di katakan sensitif begitu.
”Iya, emang
cowok suka iseng ngasih kado yang aneh-aneh. aku pernah di kadoin beha, tapi
kesempitan” sembari Dinda tersenyum dan tertawa. Entah apa yang di pikirkan dua
mahasiswi ini membicarakan soal Beha dan CD di warung bakso yang lagi penuh
itu. penulis juga ngga kebayang kejadiannya gimana
“Lalu kita
nanggepinnya gimana, apa kita harus marah ?” tanya Vitri lagi sembari
menguncang-guncang botol saus ke mangkuk baksonya. “Gini ya Vit, kita kan udah
sama-sama dewasa. Barang semacam itu ngga usah di buat tabu, lagian cowok
jarang juga berani begitu. Mereka juga tahu lagi memposisikan sesuatu yang
wajar”. Kata Dinda
Nah baru
kali ini Dinda ngomongnya bener, setelah percakapan dua mahasiswi itu berakhir
mereka pun kembali ke tempatnya masing-masing.
Tamat.
Cat : Ok,
penulis juga seorang laki-laki. Pernah juga iseng ngadoin Beha, tapi ngga
pernah ngadoin CD ya. Karna penulis ngerasa itu terlampau extrem. J)))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar