Minggu, 01 Juni 2014

Hina



Cerita ini berawal dari seorang mahasiswi yang mendadak mencuri perhatian gue. Namanya Laura seorang mahasiswi pindahan dari jurusan Bahasa Indonesia, meski badannya ngga se seksi Priskilla waktu makai baju batik yang belahan dadanya sampai kelihatan. Tapi masalah cantiknya, juga ngga kalah sama Priskilla. Apalagi senyuman Laura itu loh, manis.
Walaupun ngga terlalu jadi perhatian cowok-cowok di kampus, tapi temen-temen gue seperti Didik dan Cahyo udah menunjukkan ketertarikannya. Terbukti dengan mereka yang selalu duduk tepat di belakang si Laura, apa berusaha mengamati Laura dari dekat atau emang ngga ada tepat duduk lain.
Seperti yang gue bilang tadi, Laura cukup cantik. Terkadang gue jadi ikut-ikutan duduk di belakangnya, untuk sekedar nyium aroma parfumnya juga lumayan. Siang itu, tepat jam 2 kuliah pun di mulai. Gue bergegas menuju ruangan, dan sudah terlihat bangku kosong tepat di belakang Laura. Tapi sayang gue ngga bisa duduk tepat di belakangnya, gara-gara si Didik sudah menempati kursi itu. 

Sedih 

Di sela penjelasan dosen, “Eh Dik, mahasiswi baru itu lumayan cantik tuh” sambil ngode kalau mahasiswi yang gue maksud adalah si Laura. “Eh di kemanakan Priskilla nanti ? haha” respon Didik. “Priskilla kan bukan pacar gue -____- lagian dia kan punya pacar” entah kenapa pada saat itu gue ngomongnya pasrah. Biasanya gue jawab seenaknya aja, tapi saat itu gue ngga melakukan hal tersebut. Aneh emang, apa karna pesona Laura makanya Priskilla jadi hambar di mata gue. Entahlah gue juga ngga tahu.

“Eh Laura kalau sama Priskilla, cantik kan mana ?” Didik malah nanya yang begituan sama gue. Saat itu gue malah bingung, tapi kata hati gue dua-duanya emang sama-sama cantik. “sama-sama cantik Dik, tergantung mau ngga sama gue” gue jawab aja begitu.
“kalau dua-duanya suka, gimana ?” makin memojok gue pertanyaan si Didik nih. “begini Dik, berhubung gue bukan seorang playboy. Jadi, seperti ini pada bulan pertama gue sama Laura dan untuk bulan yang kedua gue sama Priskilla”. ‘Hahaha, dasar..” gerutu Didik.

Nah ini nih, dilemanya kalau punya pesona yang terpendem. Kalau sudah keluar, mahasiswi-mahasiswi yang cantik-cantik pasti berebut. Bukannya berebut supaya bisa pacaran sama gue, mereka berebut belanja yang lagi ada diskon.

Emang pada dasarnya sesuatu yang baru, perlahan-lahan akan mengikis yang lama. Begitu sih kata orang bijak, walaupun gue ngga tahu orang bijak mana yang ngomong itu. Tapi ya sudahlah, Laura atau Priskilla sama-sama cantik. Dan mereka punya satu kesamaan lagi, mereka berdua juga sama-sama sudah punya pacar. Dan sedihnya lagi itu bukan gue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar