Minggu, 01 Juni 2014

Sepengggal cerita tukang gorengan



Hari senin, gue mesti turun pagi-pagi. Dan karna gue anak kost, mana sempat makan. Iya, makanan nya ngga ada. Tapi gue pikir-pikir, kan ada tukang gorengan di kampus. Yang menyediakan makanan berminyak yang enak, dan murah. Ketika di kampus, kebetulan tukang gorengan nya sudah standby menjajakan gorengannya. “Paman.. Gorengan paman” Teriak gue dari jauh. Terkadang gue heran, dari Bundaran Palangkaraya masih berbentuk design sampai sekarang, itu yang jualan gorengan selalu di panggil paman. Heran

Di sela gue makan gorengannya, gue malah kepikiran buat terobosan baru. Yaitu nama panggilan tukang gorengannya gue ganti, dari paman jadi kaka. Gue akhirnya nyoba, hari itu. “Paman, bagaimana kalau nama panggilannya, gue rubah jadi kaka ? setuju man.”. Dan entah apa gue punya kemampuan mempengaruhi seseorang, tukang gorengannya cuma ngangguk-ngangguk. Atau ini tukang gorengan takut gorengannya ngga gue bayar. 

Pada hari itu, gue sukses mengubah nama seseorang. Dan pada hari berikutnya gue pun terus-terusan manggil nama tukang gorengan di kampus gue itu dengan kaka, alhasil, temen-temen kampus malah ikut manggil kaka juga. Di titik itu gue bangga, bisa ngubah nama panggilan nama seseorang, kemudian itu menjadi trend di kampus. Pada saat itu, gue merasa kalau telah sangat populer.
Setelah, berminggu-minggu nama panggilan tukang gorengan itu pun menyebar ke lingkungan kampus lain. Gue pun sangat bangga luar biasa, gue ngga sabar buat ngabarin keluarga di kampung atas prestasi gue ini. Setelah sekitar 1 bulan, gelombang “kaka” tersebut menyebar, gue pun berniat untuk mengganti lagi. Ya, namanya juga manusia ngga ngerasa puas.

 Jadi pada hari selasa di bulan itu, gue pun melancarkan ide gue. Dari kaka, gue pun manggil tukang gorengan ini dengan nama baru yang lebih trendy yaitu “A’a Oreng”. Dan memang luar biasa, reaksi dari para kaum-kaum di kampus pun sangat antusias dengan panggilan baru ini. 

Sebagai seorang manusia yang tidak kenal puas, gue bertekad untuk menyelami profesi gue ini. Gue ingin bukan hanya nama tukang gorengan yang akan menjadi trendy. Tapi nama tukang kios pulsa, tukang sate dan bahkan nama tukang parkir. Gue mulai dengan nama tukang jualan pulsa, setelah sekitar 20 minggu mikir nama yang pas, akhirnya gue nemu namanya yaitu “Pedagang”. Begitu juga dengan nama tukang sate, dan tukang parkir gue samain semua. Bukannya apa-apa, gue hanya mau kesetaraan saja.

Gue menikmati pekerjaan sebagai pembuat nama trendy, sampai akhirnya hal itu terjadi. Jadi, cerita nya mereka yang telah gue ubah namanya kecuali tukang jualan pulsa, tukang sate dan juga tukang parkir. Ya tentu saja, siapa lagi kalau bukan A’a Oreng. Pada suatu ketika, di saat gue bertemu dengan A’a Oreng di kampus.

Dia datang menghampiri gue dan berkata “Tolong mas, hentikan kegilaan ini, saya merasa kalau menjadi seorang penjual gorengan biasa. Itu sudah cukup”. Tersentak gue kaget, padahal menjadi terkenal kan impian hampir semua orang. Dan akhirnya atas rasa kemanusiaan gue pun menghentikan kepopuleran tukang gorengan di kampus gue, dan akhirnya dia menjalani hidup yang normal kembali. Dan gue kehilangan pekerjaan yang cukup menjanjikan. Sedih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar