Minggu, 01 Juni 2014

Mall itu Durjana



Pada dasarnya gue bukanlah orang yang suka ke mall, alasan pertama gue ngga suka ke mall adalah naik ekskalator. Itu tuh tangga yang bisa bergerak keatas maupun juga kebawah. Kenapa gue ngga suka ekskalator adalah gue takut serangan jantung. Apalagi ketika gue mesti naik eksklator, yang bergeraknya kebawah. Berhubung gerakannya ke bawah otomatis akan ada sensasi tertarik atau pun terdorong yang gue rasakan, di situ lah gue otomatis megang pegangan yang ada di samping eksklator. Iya kalau proses gue megang pegangannya secara perlahan, yang ini malah seperti orang yang akan jatuh dari tangga tersebut. Alhasil, orang-orang di sekeliling itu pada mandang gue sembari tertawa kecil.
Maka dari itulah gue sangat ngga suka pergi ke mall, yang kedua gue males ke mall adalah banyak yang nawarin barang. Mending kalau cewek pakai rok mini yang nawarin ke gue, yang ini malah cowok-cowok. Dan yang terakhir yang ngga gue suka kalau ke mall adalah ngeliat kemesraan orang pacaran, orang pacaran emang banyak berkeliaran di mall. Walaupun sebagiannya pada pacaran di dalam kost. Tapi yang pacaran di mall juga ngga sedikit, setelah puas jalan-jalan di mall. Ya, lanjutin di kegiatan lain yang ngga bisa di lakukan di mall. Yaitu nyuci baju bareng-bareng, NYUCI BAJU BARENG-BARENG...

Tapi akhirnya pada malam minggu itu, gue pun masuk ke mall secara kepaksa. Karna temen gue berhubung ulang tahun, dan dia ngajak jalan-jalan ke mall. Kenapa gue ikut, karna gue ngincar momen yang ngga lepas dari ulang tahun adalah di traktir makan. Kapan lagi bisa makan, ayam tepung yang di gadang-gadang di iklannya nikmat sampai ke tulang. Karna kalau ngga momen di traktir, sampai Bundaran Palangkaraya ubanan juga ngga bakalan bisa makan ayam tepung. 

Sebelum kita pada makan-makan, tentunya jalan-jalan dulu. Dan yang gue takutkan muncul, yaitu naik eksklator. Sebenarnya gue ngga mau ikut, tapi berhubung di lantai 2 tempat makannya dan ada tempat permainannya. Dengan terpaksa gue ikut. Temen-temen gue pada mulai menaiki eksklator tersebut, mereka sangat lancar menaikinya. Sedangkan gue meski teriak-teriak dulu dalam hati untuk menyakinkan diri kalau gue bisa naik eksklator. 

Dengan yakin gue naik eksklator tersebut, dan benar gue di serang momen “hampir jatuh” sontak gue berpegang pada seorang temen gue. Sontak temen gue kaget “eh ngapain lo..” tanya temen gue heran. Tapi gue dengan tenang jawab pertanyaannya sambil bercanda, “Ah ngga, gue cuma mau ngetes kemampuan mengagetkan rang lain. Eh ternyata gue berhasil ngagetin elo, hahaha” 

Sesampainya di ujung ekskalator, gue berhasil selamat. Gue bareng temen-temen jalan-jalan, yang cewek-cewek pada ke tempat baju-baju dan kita para cowok-cowok ke tempat permainan. Di tempat permainan ini, gue sempat bingung. Karna biasanya cuma bisa main PS megang stik yang ini malah berbeda. Pakai koin lagi mainnya, aduh pusing gue. 

Sembari gue yang bingung mau memainkan yang mana, gue sibuk ngeliatin mbak-mbak yang memberikan koin itu. Soalnya mbak-mbaknya cantik, dan gue yakin ngga terlalu beda jauh umurnya sama gue. Jadi bisa lah kalau kita menjalani sebuah hubungan.

Tapi harapan gue pun pupus, ketika temen di sebelahnya ngomong “Wei, ngga ada rencana buat punya anak yang ke 4 nih ?”. ternyata harapan tinggal harapan. Di sela-sela kekecewaan gue, karna mbak-mbak yang tadi. Gue pun menghampiri salah satu permainan, gue ngga tahu namanya apa. Tapi yang jelas, ada bola basket dan ada juga ringnya. Yang pertama gue pikirin saat itu adalah gunanya koin yang gue pegang ini apa. Lama gue pikirin, tetep gue ngga tahu. 

Akhirnya salah seorang temen menghampiri gue, “Eh ngapain lo, bengong aja. Ayo kita dua lomba siapa yang paling banyak memasukan bolanya ke ring”.
Tanpa pikir panjang gue iya-iya aja, semua yang dia lakukan gue ikutin. Pertama dia masukin koin nya ke sebuah lubang di permainan tersebut. Oh jadi begitu gunanya koin yang gue pegang ini, berguna untuk menyalakan permainan ini. Gue juga masukin koinnya, begitu bola yang di kerangkeng keluar. 

Gue dan temen saling sibuk memasukan bola tersebut ke ringnya, alhasil semua koin yang gue pegang habis hanya untuk satu permainan saja. Karna untuk permainan yang lain, gue ngga ngerti.
Berhubung koin gue sudah habis, dan para cewek-cewek sudah pada belanja. Dan inilah waktunya, makan ayam tepung yang nikmatnya sampai ketulang. Begitu gue masuk kedalam tempat makannya, gue dan temen-temen pada duduk di meja yang sudah disediakan. Mereka pun mulai memilih-milih menu, yang ada di daftar menu. Kalau gue ngga lihat daftar menunya, karna gue ngga ngerti. Gue lebih memilih lihat para pelayan tempat makannya. Yang rapi, cantik dan Uuu lumayan seksi. Ketimbang tempat mie ayam yang sering gue kunjungi, yang pelayannya cowok-cowok keker berotot. Yang benar-benar merusak kesehatan mata.

Setelah mereka udah memilih menu mana yang mereka suka, mereka kemudian nanya ke gue. Gue mau yang mana, sebagai orang yang di traktir. Gue ngomong aja terserah, ikut kalian saja. Ngga beberapa lama nunggu. Pesanan kita pun datang, gue sempat ngga tega ngeliat potongan ayam yang lumayan besar itu, bakalan gue kunyah habis-habisan. Padahal rencana gue mau di laminating, tapi berhubung perut gue udah meronta-ronta minta di isi. 

Maka ayam tersebut gue makan, dan benar rasanya emang enak. Beda dengan mie instan yang sering gue makan di kost pakai sambel.
Setelah selesai makan, kita pada pulang kerumah. Iya temen-temen gue pada pulang kerumah, lah gue pulang ke kost dan bertemu dengan mie instan lagi. Sedih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar