Senin, 17 Juni 2013

Sepenggal Cerita Masa Lalu

Hidup di masa lalu tidak akan mengubah masa depan, setidaknya itu yang sering terdengar dari orang tua. Pemikiran objektif tentang masa lalu selalu membuat gue merasa di intimidasi. Karna gue hidup di masa lalu, yang menantang kerasnya hidup masa depan.

Dari sudut pandang orang masa lalu seperti gue, hidup masa depan menjadi sulit. Katakanlah di masa lalu, untuk menyebutkan nama orang tua saja masih terlalu tabu bagi anak yang belum 17 tahun. Entah siapa yang membuat peraturan begitu, gue juga ngga tahu.

Tapi pada kenyataannya di masa lalu memang seperti itu, makanya gue sadar ketika tersesat ke kampung tetangga karna bermain layang-layang sewaktu kecil. Berujung dengan kepasrahan, lah kenapa ngga. Begitu tersesat tidak tahu jalan pulang, dan begitu warga setempat menanyakan nama orang tua. Gue hanya diam seribu bahasa, ya karna peraturan masa lalu itu tadi. Karna ngga bisa menyebutkan nama orang tua, otomatis orang kampung juga bingung musti nganterin gue kemana.

Pahit memang hidup di masa lalu, berbagai harapan gue tentang masa depan pun sirna. Di saat gue tahu kalau masa depan di penuhi angan-angan tak terbatas menjadi hal yang terbatas bagi orang masa lalu seperti gue. Ketika cita-cita menjadi dokter, lah gimana bisa terwujud. 

Gambaran tentang dokter yang gue tahu di masa lalu, hanya manusia baik hati yang menolong sesama dengan menyembuhkan penyakit. Sedangkan pada masa depan, dokter menyembuhkan orang yang memiliki kemampuan untuk membayar. Miris memang pemikiran orang masa lalu seperti gue, tapi itulah kami yang hidup di masa lalu menentang kerasnya masa depan.

Sebenarnya ada beberapa hal baik yang bisa di tarik dari masa lalu, seperti bagaimana sikap menghargai antar sesama. Tanpa harus ada embel-embel imbalan yang di harapkan, berbagai tuntutan di masa depan membuat orang sering meningggalkan masa lalu yang sebenarnya sesuatu yang baik pada masa ke masa.
Entah apa hanya kami yang terlalu egois untuk mengatakan “Hidup di masa lalu, lebih tulus”. 

Setiap keputusan yang di ambil memang punya resiko masing-masing. Dikala hidup menjadi orang masa lalu dan menjadi masa depan, tergantung apa yang hati inginkan. Iya kalau di identikkan sekarang, orang masa lalu hanya jadi bayang-bayang saja. Tapi sadarkah, bahwa ada jasa orang masa lalu yang menjadikan masa depan ada.

Kalau menghubungkan dengan percintaan, tanpa ada masa lalu tidak ada yang namanya belajar dari kesalahan. Bagaimana ketika putus dan mengharapkan sesuatu yang sudah menjadi masa lalu, inget ini ya kata-kata gue “Masa lalu tidak akan indah untuk yang kedua kalinya”. 

Tapi, kalau kamu cukup mampu menahan ego agar tak selalu mengharapkan masa lalu yang indah dan terus melangkah ke depan, mungkin masa lalu bisa membawamu kembali tapi pada kenangan dan masa yang baru. Iya dari panjang lebar yang gue katakan, ngga semua yang gue ngerti juga. Tapi setidaknya itulah sepenggal cerita orang masa lalu seperti gue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar