Hidup di
masa lalu tidak akan mengubah masa depan, setidaknya itu yang sering terdengar
dari orang tua. Pemikiran objektif tentang masa lalu selalu membuat gue merasa
di intimidasi. Karna gue hidup di masa lalu, yang menantang kerasnya hidup masa
depan.
Dari sudut
pandang orang masa lalu seperti gue, hidup masa depan menjadi sulit. Katakanlah
di masa lalu, untuk menyebutkan nama orang tua saja masih terlalu tabu bagi
anak yang belum 17 tahun. Entah siapa yang membuat peraturan begitu, gue juga
ngga tahu.
Tapi pada kenyataannya di masa lalu memang seperti itu, makanya gue
sadar ketika tersesat ke kampung tetangga karna bermain layang-layang sewaktu
kecil. Berujung dengan kepasrahan, lah kenapa ngga. Begitu tersesat tidak tahu
jalan pulang, dan begitu warga setempat menanyakan nama orang tua. Gue hanya
diam seribu bahasa, ya karna peraturan masa lalu itu tadi. Karna ngga bisa
menyebutkan nama orang tua, otomatis orang kampung juga bingung musti nganterin
gue kemana.
Pahit
memang hidup di masa lalu, berbagai harapan gue tentang masa depan pun sirna.
Di saat gue tahu kalau masa depan di penuhi angan-angan tak terbatas menjadi
hal yang terbatas bagi orang masa lalu seperti gue. Ketika cita-cita menjadi
dokter, lah gimana bisa terwujud.
Gambaran tentang dokter yang gue tahu di masa
lalu, hanya manusia baik hati yang menolong sesama dengan menyembuhkan
penyakit. Sedangkan pada masa depan, dokter menyembuhkan orang yang memiliki
kemampuan untuk membayar. Miris memang pemikiran orang masa lalu seperti gue,
tapi itulah kami yang hidup di masa lalu menentang kerasnya masa depan.
Sebenarnya
ada beberapa hal baik yang bisa di tarik dari masa lalu, seperti bagaimana
sikap menghargai antar sesama. Tanpa harus ada embel-embel imbalan yang di
harapkan, berbagai tuntutan di masa depan membuat orang sering meningggalkan
masa lalu yang sebenarnya sesuatu yang baik pada masa ke masa.
Entah apa
hanya kami yang terlalu egois untuk mengatakan “Hidup di masa lalu, lebih
tulus”.
Setiap keputusan yang di ambil memang punya resiko masing-masing.
Dikala hidup menjadi orang masa lalu dan menjadi masa depan, tergantung apa
yang hati inginkan. Iya kalau di identikkan sekarang, orang masa lalu hanya
jadi bayang-bayang saja. Tapi sadarkah, bahwa ada jasa orang masa lalu yang
menjadikan masa depan ada.
Kalau
menghubungkan dengan percintaan, tanpa ada masa lalu tidak ada yang namanya
belajar dari kesalahan. Bagaimana ketika putus dan mengharapkan sesuatu yang
sudah menjadi masa lalu, inget ini ya kata-kata gue “Masa lalu tidak akan indah
untuk yang kedua kalinya”.
Tapi, kalau kamu cukup mampu menahan ego agar tak
selalu mengharapkan masa lalu yang indah dan terus melangkah ke depan, mungkin
masa lalu bisa membawamu kembali tapi pada kenangan dan masa yang baru. Iya
dari panjang lebar yang gue katakan, ngga semua yang gue ngerti juga. Tapi
setidaknya itulah sepenggal cerita orang masa lalu seperti gue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar